Salah satu masalah yang paling sering dihadapi oleh pemilik kapal dan operator industri pelayaran adalah kerusakan di bagian bawah kapal laut. Karena bagian bawah kapal selalu terendam dalam air, paparan konstan terhadap berbagai zat buatan dan alam mempercepat korosi, korosi, dan kerusakan struktural.
Meskipun perawatan rutin sangat penting untuk menjaga performa kapal, memahami faktor-faktor yang memengaruhi kerusakan di bagian bawah kapal laut juga sangat penting. Mari kita lihat beberapa faktor utama yang memengaruhi kerusakan di bagian bawah kapal laut dan bagaimana hal-hal ini berdampak pada keselamatan dan efisiensi operasional kapal.
1. Korosi Akibat Air Laut.
Korosi adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan kerusakan kapal laut. Ketika logam, seperti baja yang biasa digunakan pada lambung kapal, terpapar air laut dalam waktu yang lama, itu akan menjadi karat atau korosi karena garam, atau natrium klorida, yang merupakan elektrolit dalam air laut. Korosi memiliki potensi untuk merusak integritas struktural kapal, terutama jika dibiarkan terjadi tanpa pengawasan.
Korosi galvanik dan korosi mikrobiologis adalah dua jenis korosi yang paling umum terjadi pada kapal. Korosi galvanik terjadi ketika dua jenis logam bersentuhan di lingkungan laut, salah satunya korosi lebih cepat daripada yang lain. Korosi mikrobiologis terjadi ketika mikroorganisme hidup di air laut, menghasilkan asam yang dapat merusak logam.
Untuk mencegah korosi, kapal biasanya dilapisi dengan cat anti-korosi atau anti-fouling dan menggunakan anoda korban, yang dimaksudkan untuk terkorosi terlebih dahulu dan melindungi lambung kapal.
2. Fouling oleh Organisme Laut.
Organisme laut seperti alga, teritip, kerang, dan berbagai mikroorganisme lainnya dapat menempel pada permukaan lambung kapal dan membentuk lapisan tebal, mempercepat kerusakan. Selain meningkatkan berat kapal, ini meningkatkan gesekannya dengan air, yang mengakibatkan penurunan efisiensi bahan bakar dan kecepatan.
Karena beberapa organisme laut menghasilkan zat kimia yang dapat merusak lapisan pelindung kapal, fouling juga dapat mempercepat proses korosi. Salah satu cara untuk mengurangi fouling adalah dengan menggunakan cat antifouling, yaitu cat khusus yang mencegah organisme laut menempel pada lambung kapal. Fouling yang tidak dibersihkan dapat menyebabkan kerusakan struktural dan meningkatkan konsumsi bahan bakar hingga 30%, yang tentu saja berdampak besar pada biaya operasional kapal. Namun, untuk tetap efektif, cat ini harus diperbarui secara berkala.
3. Kerusakan Akibat Tabrakan dan Benturan.
Kapal laut sering kali bekerja di lingkungan yang keras, jadi mereka mungkin tertabrak dengan benda keras seperti terumbu karang, bangkai kapal, atau dermaga saat berlabuh. Hal-hal seperti tabrakan atau benturan ini dapat menyebabkan kerusakan fisik pada lambung kapal, seperti penyok, goresan, atau bahkan kebocoran. Bentuk kerusakan yang dihasilkan bervariasi tergantung pada kecepatan dan kekuatan benturan, serta bahan yang digunakan untuk membuat lambung kapal. Kapal yang terbuat dari baja, misalnya, akan lebih mungkin mengalami kerusakan daripada kapal yang terbuat dari bahan komposit atau aluminium.
Untuk mencegah air laut masuk ke dalam kapal, yang dapat menyebabkan kebocoran, banjir, atau bahkan tenggelam, kerusakan yang disebabkan oleh tabrakan harus diperbaiki dengan segera.
4. Pengaruh Tekanan Air dan Ombak.
Kapal laut beroperasi dalam lingkungan yang sangat dinamis, terutama di tengah laut. Tekanan air dan ombak yang kuat dapat memberikan tekanan fisik yang signifikan pada lambung kapal, terutama di perairan dengan arus yang kuat atau selama badai. Ombak yang kuat juga dapat menyebabkan gerakan yang sangat kuat pada kapal, menambah beban struktural, dan mempercepat keausan.
Tekanan terus-menerus dari arus air juga dapat menyebabkan material lambung kapal lelah. Fatigue ini terjadi ketika logam mengalami kerusakan berulang karena tekanan, yang dapat menyebabkan retakan atau kegagalan struktural. Retakan kecil yang disebabkan oleh tekanan dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius jika tidak diperbaiki segera.
Desain kapal modern sering kali dirancang dengan mempertimbangkan bentuk lambung yang dapat mengurangi gesekan dan tekanan air untuk mengurangi kerusakan akibat ombak dan tekanan air. Selain itu, sangat penting untuk menggunakan material yang kuat dan tahan terhadap kelelahan.
5. Korosi di Lingkungan Perairan Terpolusi.
Air laut yang asin bukan satu-satunya faktor yang dapat mempercepat kerusakan lambung kapal; lingkungan perairan terpolusi juga dapat menyebabkan kerusakan lebih cepat. Bahan kimia berbahaya seperti bahan bakar, oli, atau limbah industri yang sering ditemukan di perairan sekitar pelabuhan dapat mempercepat proses korosi dan kerusakan material. Korosi di lingkungan perairan yang terpolusi seringkali lebih buruk daripada korosi yang disebabkan oleh air laut murni. Bahan kimia seperti sulfur dioksida atau zat asam lainnya dapat mempercepat kerusakan lapisan kapal. Oleh karena itu, dibandingkan dengan kapal yang beroperasi di perairan yang lebih bersih, kapal yang sering beroperasi di perairan yang terkontaminasi harus menjalani perawatan yang lebih intensif.
6. Kualitas Material dan Perawatan Kapal.
Bahan yang digunakan untuk membangun kapal, seperti baja tahan karat atau komposit yang tahan air laut, cenderung lebih tahan lama dan tidak mudah rusak dibandingkan dengan kapal yang dibangun dengan bahan yang lebih murah dan rentan terhadap korosi.
Tingkat perawatan juga mempengaruhi seberapa cepat lambung kapal rusak. Kapal yang menjalani inspeksi dan pemeliharaan berkala lebih sedikit kemungkinan mengalami kerusakan yang signifikan. Inspeksi rutin memungkinkan teknisi menemukan masalah awal, seperti gejala korosi atau retakan, dan memperbaikinya sebelum kerusakan menjadi lebih parah.
Untuk mengurangi kerusakan, gunakan pelapis seperti cat anti-korosi atau anti-fouling. Kapal dengan cat yang rusak atau terkelupas akan lebih rentan terhadap korosi dan fouling, yang akan mempercepat kerusakan.
7. Variasi Suhu Laut.
Suhu air laut juga dapat memengaruhi kerusakan lambung kapal. Air laut di daerah tropis yang hangat cenderung mempercepat fouling karena organisme laut tumbuh lebih cepat di air yang hangat. Air laut di kutub yang dingin mungkin lebih sedikit menyebabkan fouling, tetapi lambung kapal di daerah kutub ini mungkin menghadapi masalah lain, seperti kerusakan akibat es atau suhu ekstrim yang dapat menyebabkan thermal stress pada material kapal. Ini dapat menyebabkan kerusakan kecil atau retakan, yang jika tidak diperbaiki segera dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar di kemudian hari.